Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2015

Apa Warna Cuacamu?

“Apa warna cuacamu hari ini?” Itu pertanyaanku yang pertama. Tak perlu buru-buru dijawab, toh itu hanya sekedar pertanyaan basa-basi, pembuka paragraf yang aku bingung harus memulai dari kata apa. Begitulah hari-hariku berjalan, kuawali dengan sebuah pengamatan, berbuah pertanyaan, diselingi dengan renungan yang efeknya membuat aku melamun kelamaan. Mengamati adalah aktivitas manusiawi. Dengan dua mata ini, aku seolah menjelma menjadi pemerhati dunia yang begitu besar dengan hanya menggunakan sebuah mikroskop, hasilnya macam-macam: ada jalan yang berluang, seruan-seruan kampanye partai dunia, negara, sampai kampus, tugu-tugu usang tak terawat, angkutan umum yang mengulur waktu keberangkatan demi mendapat penumpang lebih banyak, para pedagang yang berserakan di mana-mana, dan tentunya...berbagai macam manusia. Lautan manusia.             Pengamatanku kali ini, sewaktu senja menampakkan kemegahannya. Ada gurat jingga menyembur b...

Ramadhan sebagai bulan pembakar citra.

Permukaannya licin, menciptkan pantulan, membentuk bayangan. Cermin. Boleh jadi, dalam beberapa situasi harus kauletakkan dirimu di depannya. Membedah refleksimu, mencari hal yang sesungguhnya kaucari. Selain membedah refleksi, boleh jadi, bercermin dapat menguak image pembentuk dirimu selama ini, jika saja kaumau melihat lebih dalam lagi. Image atau citra, sadar atau tidak, ia adalah fenomena budaya gelobal klasik hingga saat ini. Citra itulah yang telah membentuk visualitas dirimu sedemikian rupa. Citra, bertebaran di sekeliling dan di sepanjang hidup kita. Pada gerak antisetatis hidup, pada putaran jarum jam momentum sejarah, citra senantiasa melekat pada gulingan mainstream masa lalu menuju benih mainstream masa kini. Hal-hal mengagumkan di masa terdahulu, sekarang bagai fosil tulang kehidupan masa silam. Dan hal-hal yang kini kita kagumi, banggakan, cengangkan, pada akhirnya akan terlewati, hilang, bahkan bisa saja terasa tak memberi makna. Di antara semua hal-ha...