Mahasiwa sebagai agent of change harus meningkatkan penelitian ilmiah
BEBERAPA negara maju, publikasi ilmiah adalah salah
satu komponen untuk mengukur kualitas penelitian. Menurut Safaria (2013)
penelitian adalah indikator penting untuk mengukur bahwa sebuah negera
memiliki pendidikan tinggi yang maju. Publikasi ilmiah juga merupakan
masalah yang terjadi pada beberapa civitas akademika salah satunya
mahasiswa di Indonesia (Safaria, 2013).
Indonesia sebagai bagian dari negara Asia masih mengalami hambatan
dalam peningkatan budaya ilmiah khususnya makalah ilmiah, menurut data
dari SCImagoJR (2014). Data ScimagoJR menunjukan bahwa dari tahun ke
tahun, jumlah pubikasi ilmiah di Indonesia meningkat, namun masih kurang
bila dibandingkan negara lainnya, tercatat Indonesia menempati
peringkat ke 64 dari 236 negara di dunia. Kondisi ini mencerminkan
kondisi ilmiah di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Menurut Indrawan
(2008) tanpa penelitian, akan sulit terselanggara kehidupan akademik
yang kondusif, maka secara mendasar ada tiga hal yang perlu disoroti
dalam pengelolaan penelitian diantaranya, (1) kondisi penelitian yang
kondusif; (2) ketersediaan sumber daya manusia yang peduli dan memiliki
kompetensi dalam menjalankan penelitian; (3) ketersediaan dana yang
sejalan dengan anggaran perguruan tinggi.
Mahasiwa sebagai masyarakat intelektual memiliki tangungjawab sebagai agent of change yaitu
membawa perubahan baik pada masyakarakat dalam berbagai aspek dengan
menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri dari pendidikan,
pengabdian pada masyarakat, dan penelitian. Hal ini menegaskan bahwa
mahasiswa juga memiliki tanggung jawab dalam pengembangan iklim
penelitian yang kondusif dan pengembangan sumber daya manusia yang
memiliki kemampuan dan kepedulian dalam penelitian. Dengan pertimbangan
tersebut, maka penulis merasa penting untuk menulis makalah yang
berjudul: THE SPIYORE MODEL (Spirit of Young Researcher Model):
Pengembangan Model Pengelolaan Penelitian Mahasiswa sebagai Usaha
Aplikatif dalam Meningkatkan Iklim Penelitian Mahasiswa di Indonesia.
Model SPIYORE atau The Spirit of Young Researcher Model adalah model
manajemen penelitian mahasiswa yang menekankan pada penelitian individu
dan penelitian lembaga yang disertai oleh kurikulum inti dan kurikulum
pendukung untuk mahasiswa, model tersebut bertujuan untuk meningkatkan
iklim ilmiah mahasiswa juga sebagai upaya peningkatan prestasi di bidang
penelitian dan pengabdian pada masyarakat.
Pelaksanaan dimulai dengan implementasi pra-penelitian yang
memberikan pengetahuan dasar tentang penelitian kualitatif, kuantitatif,
dan metode campuran sebagai kurikulum inti dan juga kurikulum tambahan
berupa penalaran, komunikasi efektif, dan pengabdian pada masyarakat.
Selanjutnya diikuti oleh pelatihan peneliti, klasifikasi minat
penelitian, diskusi penelitian dan penalaran secara berkala, pengelolaan
penelitian individu, pengelolaan penelitian lembaga, dan tindak lanjut
penelitian.
Penelitian individu dalam konteks ini adalah penelitian yang
dilakukan secara perseorangan atau grup di bawah organisasi namun tidak
dalam bentuk penelitian lembaga. Penelitian individu bertujuan untuk
mempertajam kemampuan mahasiswa dalam penulisan karya tulis ilmiah tanpa
mengganggu minat riset mahasiswa. Penelitian individu dapat
dilaksanakan secara monodisiplin, interdisiplin, atau multidisiplin.
Dalam penelitian individu, mahasiswa difasilitasi 3 jenis pembinaan
yaitu bimbingan teknis, bimbingan administrasi, dan dana usaha.
Pendampingan riset lembaga menggunakan pendekatan multidisiplin
dimana lembaga mengembangkan tema masalah dan mahasiswa mengebangkan
penelitian sesuai dengan grup dan minat risetnya, penelitian lembaga
merupakan program pengbdian masyarakat dengan tujuan agar hasil
penelitian memberikan manfaat langsung pada masyarakat. Menurut
Basselaar (2001) penelitian multidisiplin adalah kajian tentang sebuah
subjek yang dikaji dari berbagai sudut pandang dan menggunakan pola
perspektif rumpun ilmu. Dalam penelitian lembaga, mahasiswa dikumpulkan
berbasis topik yang ditentukan. Hasil penelitian diperuntukan bagi
pengembangan desa setempat, dan penelitianpun dipublikasikan dalam forum
atau kompetisi ilmiah.
Model pengelolaan penelitian mahasiswa ini dapat dikembangkan di
lingkungan jurusan secara monodisipliner atau di fakultas secara
interdisipliner dengan memaksimalkan peran himpunan mahasiswa, senat
mahasiswa atau unit kegiatan khusus. Selain itu model manajemen tersebut
juga dapat dikembangkan di lingkup universitas melalui pemberdayaan
peran unit kegiatan mahasiswa dan badan eksekutif mahasiswa, sehingga
harapannya mahasiswa dapat berjalan secara sinergis dalam menghidupkan
iklim ilmiah dan mewujudlkan tri dharma perguruan tinggi.
Komentar
Posting Komentar