PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW
Jigsaw
telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di
Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkins. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan
rasa tanggungjawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran
orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka
juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.
Dalam pembelajaran jigsaw, siswa dikelompokkan dengan 5 atau 6 anggota kelompok
heterogen yang disebut sebagai kelompok asal. Materi pelajaran diberikan kepada
tiap anggota kelompok asal. Setiap anggota bertanggungjawab untuk mempelajari
bagian tertentu bahan yang diberikan itu. Dalam penerapan jigsaw, Ibrahim dkk
(2000:21) menjelaskan bahwa :
Jika materi yang
diajarkan adalah alat eksresi, seorang siswa mempelajari tentang ginjal, siswa
lain mempelajari tentang hati, siswa yang lain lagi belajar tentang paru-paru,
dan yang terakhir belajar tentang kulit. Anggota dari kelompok lain yang
mendapat tugas topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut.
Kelompok ini disebut kelompok ahli. Dengan demikian terdapat kelompok ahli
kulit, ahli ginjal, ahli paru-paru, dan ahli hati.
Selanjutnya
anggota tim ahli ini, kembali ke kelompok asal dan mengajarkan apa yang telah
dipelajari dan didiskusikan didalam kelompok ahlinya untuk diajarkan kepada
teman kelompok asalnya. Di dalam model jigsaw, setiap anggota tim
bertanggungjawab penuh terhadap materi yang telah ditugaskan kepadanya.
Langkah-langkah
penerapan model pembelajaran jigsaw dalam
matematika menurut Arends dalam Asih (2008), yaitu:
1) Membentuk kelompok heterogen yang
beranggotakan 4 - 6 orang.
2)
Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang wakil
mereka untuk membahas topic, wakil ini disebut dengan kelompok ahli.
3)
Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topic yang
diberikan dan saling membantu untuk menguasai topic tersebut.
4)
Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan
kembali ke kelompok masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekan
kelompoknya.
5)
Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran
tentang materi yang telah didiskusikan.
Lebih jelasnya langkah-langkah tersebut disajikan dalam bentuk gambar
berikut:
Kelompok Asal
![]() |
(tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tiap tim asal)
Sumber : Pembelajaran
Kooperatif (Ibrahim dkk 2000:22)
Gambar 2.1. Ilustrasi yang menunjukkan Tim
Jigsaw
Model pembelajaran jigsaw
memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
1)
Mempermudah
pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas
menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
2)
Pemerataan
penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
3)
Metode
pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan
berpendapat.
Dalam
penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan, yaitu:
1)
Siswa
yang aktif akan mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi.
Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya
diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih
dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila
tidak mengerti.
2)
Siswa
yang memiliki kemampuan membaca dan berfikir rendah akan mengalami kesulitan
untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk
mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian
memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat
tersampaikan secara akurat.
3)
Siswa
yang cerdas cenderung merasa bosan. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus
pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas
tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
4)
Siswa
yang tidak terbiasa berkompetensi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.
Komentar
Posting Komentar