EVALUASI DIRI
SEMESTER ganjil telah dilewati, semester genap kembali ditapaki. Dalam seminggu terakhir, perhatian ribuan mahasiswa di berbagai universitas tertuju pada website Universitas masing-masing.
Untuk apa? Untuk apa lagi, selain untuk melihat nilai- nilai hasil
perjuangan di semester ganjil yang lalu. Jantung berdegup takala ada
nilai yang diberitakan telah di-publish. Harap-harap cemas mengiringi, berharap hasil evaluasi semester yang lalu sesuai dengan harapan.
Ada kalanya senyum sumringah terlukis di wajah para mahasiswa saat
nilai-nilai yang keluar berupa rangkaian huruf A. Namun, tak sedikit
juga yang cemberut melihat rantai karbon (C) yang cukup panjang
menghiasi kolom nilai. Dan tak jarang jua ada mahasiswa yang heboh tak
karuan melihat nilai yang keluar adalah BL ataupun E. Berbagai upaya
perbaikan berusaha ditempuh. Dosen pengampu mata kuliah yang
bersangkutan pun dihubungi dan ‘dikejar’. Berharap sedikit kebaikan hati
sang dosen dapat memperbaiki nilai yang telah tercantum. Begitulah
gambaran hiruk pikuk kampus ini dalam seminggu terakhir.
Membicarakan tentang ujian di masa perkuliahan, tentu hal ini
hanyalah sebuah contoh kecil dari ujian kehidupan. Ketika kita mau
berpikir lebih dalam lagi, kita akan menemukan bahwasannya kehidupan
dunia ini tak jauh berbeda dengan kehidupan perkuliahan. Kita datang ke
dunia perkuliahan untuk jangka waktu tertentu dimana tak selamanya kita
menjadi seorang mahasiswa. Dalam menjalankan dunia kampus, kita memiliki
tujuan tertentu yang ingin dicapai. Ujian sidang merupakan akhir dari
masa perkuliahan yang akan mengevaluasi pengetahuan mahasiswa yang telah
di dapat selama masa perkuliahan. Ujian sidang juga akan menentukan
kehidupan seorang mahasiswa ke depannya.
Begitu pun dengan kehidupan di dunia ini, kita sebagai manusia
diciptakan oleh Sang Pencipta. Suatu saat, kehidupan seorang manusia
akan berakhir pada suatu titik yang dikenal sebagai kematian. Di masa
kehidupan dunia ini, kita harus berusaha hidup sesuai dengan yang
diinginkan Pencipta kita karena tidak ada yang lebih tahu diri kita
selain Pencipta kita. Kelak, setelah gerbang kematian menghampiri
seseorang dan peristiwa kiamat telah terjadi, akan ada suatu masa dimana
semua perbuatan kita di dunia akan dievaluasi (di- hisab).
Di hari akhir (akhirat) ini, tak satu pun manusia yang luput dari hisab Sang Pencipta. Hisab ini
akan menentukan kehidupan manusia selanjutnya. Bagi yang menjalankan
kehidupannya sesuai dengan yang diperintahkan Penciptanya yaitu
menghiasi hidupnya dengan berbagai amal shaleh, maka berbahagialah ia.
Namun, jika kemaksiatanlah yang selalu menghiasi setiap langkah
hidupnya, dalam artian ia tidak menjalankan perintah Penciptanya, maka
celakalah ia. Satu hal yang perlu diingat, hisab ini tak seperti
evaluasi yang dilakukan di kampus. Evaluasi di kampus masih memungkinkan
adanya perbaikan, namun evaluasi di hari akhir kelak tidak akan ada
kata perbaikan sama sekali, apapun alasannya. Penyesalan di hari akhir
tidak akan berarti lagi, seperti apa yang Allah kabarkan dalam
Al-Qur’an:
“Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat
ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan
Tuhannya, (mereka berkata): “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan
mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan
amal shaleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin”.(TQS.As-Sajdah:12)
Pertanyaannya, siapkah kita menghadapi hisab Allah ini? Jika melihat rantai karbon di SINO (Sistem Informasi Nilai Online) saja sudah cukup membuat kita khawatir, lalu bagaimana dengan hasil evaluasi di akhirat kelak? Tak tanggung-tanggung, hasil hisab ini menyangkut kehidupan yang kekal abadi. Pilihannya hanya ada dua, bahagia atau sengsara. Tentu persiapan untuk menghadapi hisab Allah swt harus lebih ekstra sungguh-sungguh.
Untuk sukses menghadapi hisab, tentu kehidupan kita harus
sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditentukan Sang Pencipta. Hidup
tidak bisa semau kita saja, harus ada aturannya. Patuhi semua yang telah
diperintahkan Allah swt. Perintah Allah swt tercantum dalam Al-qur’an
dan diperjelas melalui Sunnah Rasulullah saw. Lalu, apa saja yang
diperintahkan Allah swt tersebut? Perintah Allah swt dalam Al-qur’an
membahas tentang akidah, ibadah, akhlak, juga mengenai Mu’amalah (sistem pendidikan, sistem ekonomi, sistem pemerintahan, sistem pergaulan, dll) dan juga Uqubat
(sanksi). Mengenai hal ini, tak banyak manusia yang mengetahuinya
termasuk kaum Muslim sendiri. Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih
banyak, marilah kita mengkaji Islam dan selanjutnya berusaha
mengaplikasikan apa yang telah kita ketahui tersebut. Wallahua’lam.
Komentar
Posting Komentar